Masalah Lingkungan hidup di Indonesia saat ini: penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan; polusi air dari limbah industri dan pertambangan; polusi udara di daerah perkotaan (Jakarta merupakan kota dengan udara paling kotor ke 3 di dunia); asap dan kabut dari kebakaran hutan; kebakaran hutan permanen/tidak dapat dipadamkan; perambahan suaka alam/suaka margasatwa; perburuan liar, perdagangan dan pembasmian hewan liar yang dilindungi; penghancuran terumbu karang; pembuangan sampah B3/radioaktif dari negara maju; pembuangan sampah tanpa pemisahan/pengolahan; semburan lumpur liar di Sidoarjo, Jawa Timur; hujan asam yang merupakan akibat dari polusi udara.
Masalah Lingkungan hidup di Indonesia saat ini: penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan; polusi air dari limbah industri dan pertambangan; polusi udara di daerah perkotaan (Jakarta merupakan kota dengan udara paling kotor ke 3 di dunia); asap dan kabut dari kebakaran hutan; kebakaran hutan permanen/tidak dapat dipadamkan; perambahan suaka alam/suaka margasatwa; perburuan liar, perdagangan dan pembasmian hewan liar yang dilindungi; penghancuran terumbu karang; pembuangan sampah B3/radioaktif dari negara maju; pembuangan sampah tanpa pemisahan/pengolahan; semburan lumpur liar di Sidoarjo, Jawa Timur; hujan asam yang merupakan akibat dari polusi udara.
isu
Mobil Kiat Esemka hasil rakitan pelajar SMK di Solo yang dirancang menggunakan bahan bakar bensin dapat diubah agar bisa memakai bahan bakar gas. "Kami telah konsultasi dengan para ahlinya mengenai mobil Kiat Esemka. Nanti setelah diproduksi massal, bisa saja yang semula menggunakan bahan bakar bensin terus diubah menggunakan gas. Ini paling butuh waktu tiga tahun untuk mengubahnya," kata Wali Kota Surakarta Joko Widodo di Solo, Jumat (27/1/2012).
Produksi massal mobil Kiat Esemka nanti konsepnya tidak dilakukan dengan padat modal, tetapi padat tenaga kerja dan produk yang dihasilkan harus sesuai standar. Jadi, untuk komponen-komponen mobil itu, lanjutnya, bisa dibuat di mana-mana melibatkan ribuan industri kecil menengah dan pada SMK-SMK yang ada di Tanah Air sehingga modal yang diperlukan dalam memproduksi massal mobil ini juga tidak besar.
bebas
MARJINAL
Komunitas Marjinal lahir tidak lepas dari kondisi masyarakat yang
tertindas. Dan perlu diketahui bahwa Marjinal tidaklah sebuah group band
(walaupun rockstar semuanya he he hee) tetapi Marjinal lebih
mengaktualisasikan dirinya debagai komunitas.
Marjinal juga terkenal sebagai Taring Babi, AFRA (Anti Fasis Anti
Rasis), dan Tempe Quality. Ini mempunyai arti bahwa mereka ingin
menghancurkan system kepakeman yang berlaku sekarang ini.
Marjinal adalah komunitas yang terbuka untuk siapa saja yang ingin
ikut melawan penindasaan dengan acara yang independen, kreatif, dan
adil.
Kegiatan
Selain bermusik, Marjinal juga
terlibat aktif dalam gerakaan perlawanan terhadap system yang
menghegemoni. Marjinal sering melakukan pengorginisiran dan bekerja sama
dengan komunitas yang lain. Marjinal juga melakukan perlawanan lewat
graffiti, cukil, sablun, emblem, pin, dan rumah komunitas marjinal
selain sebagai 'home base' juga sebagai media pendidikan dan distro.
Kontak
a: Jl. Moh Kafi II, Gg Setiabudi No. 39,
Rt.11, Rw.8 Srengsengsawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan
12640, Indonesia
t: 021-7270666
e: taringbabi@yahoo.com
pendidikan
TEKNOLOGI
merupakan sistem pengereman pada mobil agar tidak terjadi penguncian roda ketika terjadi pengereman mendadak/keras.
Sistem ini bekerja apabila pada mobil terjadi pengereman keras sehingga salah sebagian atau semua roda berhenti sementara mobil masih melaju, membuat kendaraan tidak terkendali sama sekali. Ketika sensornya mendeteksi ada roda mengunci, ia akan memerintahkan piston rem untuk mengendurkan tekanan, lalu mengeraskannya kembali begitu roda berputar. Proses itu berlangsung sangat cepat, bisa mencapai 15 kali/detik. Efeknya adalah mobil tetap dapat dikendalikan dan jarak pengereman makin efektif
Untuk mengurangi gaya sentrifugal itulah maka tercipta rem ABS. Namun jauh sebelum ABS ditemukan para pembalap telah menerapkan prinsif kerja rem ABS secara manual. Para pembalap biasanya melakukan pengereman dari kecepatan tinggi dengan cara menekan pedal rem secara bertahap, dalam reflek tinggi dan bobot tekanan yang berbeda-beda.
Pengemudi awam kerap memahami metode ini dengan melakukan tindakan “mengocok” rem. Namun hampir sebagian besar dari mereka salah menerapkannya. Alhasil, tak ada manfaat dari tindakannya itu.
Hybrid sebagai Mobil Keluarga Ideal Indonesia